Mengenai Saya

Foto saya
Sebelum lulus kuliah sudah menulis, dan menjadi kuli tinta.

Sabtu, 02 Januari 2010

Mbah Ginem dan Desa Wisata



Oleh : Kang Syukron

Karena waktu Ginem, 75, kecil belum ada satupun warga yang memiliki penggilingan padi, iapun bersma orangtuanya harus menumbuk padi sendiri di rumahnya dengan lesung dan alu, setelah sawah milik orang tuanya panen padi.
''Waktu saya kecil, kalau keluarga saya mau makan, harus numbuk gabah dulu, nggak cuma keluarga saya, tetangga juga, suaranya kalau pagi rame kampung ini,'' katanya sambil menerawang jauh mengingat.
Hal yang sama juga diceritakan Warliyah, 76, menurutnya, selain untuk menumbuk gabah agar kulitnya terkelupas dan menjadi beras, sebagian warga juga menumbuk beras untuk dijadikan tepung.
''Biasanya dibuat cethil, atau jenang,'' tambahnya.
Minggu (13/12/09) ini, dua nenek dan teman-teman seumuran dia kembali menumbuk lesung dengan alu di halaman rumah Th. Endang Gati Sukeksi, Kepala Desa Tlogo, Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Namun, mereka tidak sedang menumbuk padi, alunan suara lesung yang ditabuh oleh nenek-nenek tersebut mengiringi gamelan saat anak-anak desa tersebut menyanyikan lagu dolanan anak, Cublak-cublak Suweng.
''Saya harus latihan 3 hari, soalnya sudah lama tidak pakai lesung,'' kata Ginem.
Ya, itulah sebagian aksi dalam Gelar Kesenian dan Makanan Tradisional ''Ndeso'' dalam rangka pencanangan Desa Tlogo menjadi Desa Wisata oleh Plt. Bupati Semarang, Siti Ambar Fathonah.
Dalam sambutannya, Ambar menyatakan, pemerintah menyambut baik upaya masyarakat dalam membangkitkan budaya yang tidak terurus, karena selain sebagai sarana nguri-uri budaya juga sebagai wahana untuk mempererat tali persaudaraan.
''Saya berharap, nantinya upaya bersama ini untuk bisa ditata bersama-sama dinas pariwisata dan instansi terkait. Tlogo memiliki kuliner yang khas, yakni Gecok. Makanya, saat ini belum terlambat, lebih baik memulai. Warga masyarakat semua harus terlibat,'' harapnya.
Sementara itu menurut Kepala Desa Tlogo, Th. Endang Gati Sukeksi, letak geografis desa Tlogo sangat menguntungkan untuk mengembangkan potensi wisata. Awal gagasan menjadikan Tlogo sebagai desa wisata menurutnya juga atas bantuan Tim Kreatif Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang yang dimotori oleh Yossiadi BS.
''Harapan kita, hasil budidaya di desa ini akan kita kembangkan, untuk bisa menarik income desa. Seperti kuliner khas Gecok Tlogo, Cethil, dan Cethot akan kita kembangkan bersama masyarakat,'' ujarnya.
Pihaknya juga akan kembali membangkitkan seni ketoprak, karawitan, kuda lumping, yang sudah 12 tahun ''tertidur''. Selain itu juga akan membudayakan dolanan anak-anak, seperti dakon, bekelan, lompat tali dan lain sebagainya, agar menurutnya, generasi bangsa terus mewarisi budaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar