Mengenai Saya

Foto saya
Sebelum lulus kuliah sudah menulis, dan menjadi kuli tinta.

Sabtu, 02 Januari 2010

Mencari ''Tukang Angon'' di Kabupaten Semarang



Oleh : Muhammad Syukron

''Cah angon, cah angon
penekno belimbing kuwi
lunyu-lunyu penekno
kanggo mbasuh dodot iro
mumpung padhang rembulane
mumpung jembar kalangane
yo surako, surak iyo...''

Sebait syair Jawa yang berjudul Lir-ilir yang diciptakan oleh Kanjeng Sunan Bonang tersebut mengandung banyak makna. Kupasan mengenai lagu tersebut dikatakan bahwa bocah angon hanyalah sebagai kiasan daripada manusia di dunia ini. Manusia dititahkan ke alam semesta sebagai khalifah yang bertugas memakmurkan bumi. Dengan kata lain manusia harus menjaga dan memelihara alam, angon dunia. Dan memang manusia dalam rangka mejalankan mandat Tuhan tersebut harus pandai-pandai memelihara hati dan jiwanya dari keserakahan hawa nafsu.
Lalu kok disuruh manjat buah blimbing? Dalam khasanah tata bahasa Jawa, dikenal adanya kerata basa atau jarwa dhoso. Jarwa dhoso merupakan kata kias sebagaimana kata nggodhog wedang (memasak minuman), bukan berarti merebus air teh, namun makna sebenarnya adalah merebus air untuk membuat air teh. Demikian juga menek blimbing bukan berarti memanjat buah blimbing, namun artinya adalah memanjat pohon blimbing.
Lho kok pralambangnya menek pohon blimbing? Kenapa tidak pohon yang lain? Apa istimewanya? Buah blimbing apabila diamati memiliki lima buah siung atau sisi buah. Anda bisa membuktikan, dan dapat dipastikan si starfruit tidak akan memiliki siunglima. Nah Kanjeng Sunan mengkiaskan jumlah lima siung kurang ataupun lebih dari tersebut sebagai jumlah rukun Islam. Pertama syahadat kepada Allah dan Rasul utusan- Nya, kedua mendirikan sholat, ketiga menjalankan puasa Ramadhan, keempat membayarkan zakat fitrah dan kelima menunaikan ibadah haji ke tanah suci bagi yang mampu.
Ternyata begitu dalam maknanya kata menek blimbing. Lalu kenapa ditekankan meskipun lunyu (licin), namun si bocah angon harus tetap memanjat? Mengamalkan rukun Islam yang lima secara utuh bukanlah perkara mudah. Pohon yang licin merupakan pengibaratan banyaknya rintangan dan godaan dalam melaksanakan perintah Tuhan. Kemudian dikatakan bahwa blimbing yang dipetik hendaklah dipergunakan untuk mbasuh (mencuci) dadat, apakah arti dodot? Dodot berarti kain atau jarit dan dapat diperluas maknanya menjadi pakaian penutup aurat. Pakaian dalam bahasa Jawa krama adalah ageman, nah ageman tak lain juga adalah agama yang dipeluk manusia, dalam hal ini Islam. Diibaratkan bahwa manusia adalah insan tempat salah dan khilaf. Sehingga bisa dikatakan agama yang dianutnya bagaikan kain pakaian yang rusak bahkan telah sobek dan bolong di sana-sini dikarenakan perbuatan dosanya. Dan sebagai alat untuk menambal kain yang telah sobek tersebut, manusia harus bersungguh-sungguh menjalankan kelima rukun Islam.
Lalu apakah gunanya pakaian, agama, yang harus kita tambal lobangnya tersebut? Agama merupakan bekal bagi manusia untuk menghadap kepada Tuhan kelak di kemudian hari setelah melewati gerbang kematian. Amalan agama yang bagus akan menjadikan manusia pengamalnya memiliki ageman, pakaian yang bagus. Dan pada saatnya menghadap sang rabbnya, si manusia mengenakan pakaian yang bagus tidak sobek- sobek, maka dengan ageman yang bagus tersebut menjadi pantaslah si manusia menjadi penghuni syurga. Kebalikannya, apabila saat menghadap sang Khalik, ageman manusia rusak dan sobek-sobek, ini berarti amalan jelek dan dosa menjadi perbuatan keseharian seseorang. Dan neraka jahanamlah tempat pelabuhan bagi sang pendosa.
Mumpung padhang rembulane, bermakna agar pada saat terang, kondisi dimana manusia mampu melihat dengan jelas jalan yang harus ditempuhnya dan kesempatan waktupun masih panjang dipergunakan sebaik-baiknya untuk membagus-baguskan agamanya. Mumpung masih hidup di dunia dan diberikan umur panjang, maka pergunakanlah sebaik-baiknya untuk menebar kebaikan dan amal sholeh. Dengan demikian tiada akan ada penyesalan di kelak kemudian hari.
Kepemimpinan dari ''bocah angon'' (penggembala) adalah sosok pemimpin atau seseorang yang menggembalakan ternak dengan perhatian yang luar biasa, ia paham betul akan karakter ternaknya. Seorang pemimpin yang memiliki jiwa ''angon'' atau menggembalakan yang dipimpinnya agar tenteram, nyaman dan tercukupi ''pangan'', keamanannya, kenyamanannya, sandangnya, dan kesejahteraannya, tentu pemimpin tersebut tidaklah akan ''diprotes'' oleh yang digembalakannya. Jaminan untuk sehat, maju, sejahtera dan berkembang yang selama ini mejadi harapan seluruh rakyat, menjadi tanggungjawab sang pemimpin. Seorang ayah yang tak memiliki jiwa ''angon'' tersebut, peluang anaknya untuk terjun ke dunia yang kelam sangatlah besar, dan kemungkinan seorang istri akan lari juga besar. Keluarga menjadi berantakan, pecah dan tidak lagi utuh, menjadi akibat karena pemimpinnya tidak bisa ''menggembala'' anggota keluarganya.
Apalagi sebuah negara, yang pemimpinnya sama sekali tidak memiliki jiwa ''angon'', protes, kritik, tidak puas, selalu menjadi polemik tiap hari dan menjadi ''hiburan menarik'' di media massa. Astaghfirullahal 'adzim...Apakah salah jika rakyatpun tanpa memikirkan etika maupun moralitasnya yang berkewajiban mentaati pemimpinnya, sebagaimana perintah Allah dalam Qur'an Surat An Nisaa' ayat 59, dan hadits dalam Syarah Shohih Bukhori III, tidak lagi mempercayakan perjalanan bangsa ini kepada pemimpinnya?
Dalam mengelola hubungan pemimpin pemerintah dengan masyarakat setidaknya ada tiga peran yang dilakukan, pertama, transformasi informasi, artinya pemerintah berkewajiban menyebarluaskan informasi tentang pembuatan kebijakan berdasarkan inisiatifnya sendiri agar masyarakat dapat bebas mengakses atas kebutuhan mereka. Kedua, peran konsultatif, artinya pemerintah meminta dan menerima umpan balik dari masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan. Ketiga, partisipasi aktif, artinya peran aktif masyarakat dalam pembuatan keputusan dan pembuatan kebijakan. Jadi, masyarakat secara aktif terlibat dalam pilihan dan pembuatan kebijakan, sementara tanggungjawab akhir, ada di tangan pemerintah. Namun, apakah pemerintahan kita sudah seperti ini?
Kabupaten Semarang juga akan menggelar Pilkada Bupati dan Wakil Bupati pada 31 Juli 2010 nanti. Lagi-lagi, sosok ''bocah angon'' yang menjadi harapan Kanjeng Sunan akankah ada di Kabupaten Semarang ini?Wallahu 'alam. Semoga.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar