Mengenai Saya

Foto saya
Sebelum lulus kuliah sudah menulis, dan menjadi kuli tinta.

Sabtu, 02 Januari 2010

TORAKUR : "Kurma" dari Bandungan

Oleh : Kang Syukron


''Berbukalah dengan yang manis''

Itulah perintah Nabi Muhammad SAW kepada setiap ummatnya yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1430 H. Makanan yang manis, jika di tanah Arab sana, adalah kurma. Buah berwarna cokelat yang hanya hidup di padang pasir itu, kini juga bisa ditemukan di daerah yang berhawa dingin, yakni di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Namun, meski tak ada isinya, rasa khas kurma dengan bentuk yang mirip ini, makanan ini disebut dengan nama Torakur ini berbahan dasar buah Tomat dan Gula.
Menurut pengusaha Torakur, Ngesti Wati, 47,asal Dusun Ampel Gading RT. 5 RW. 6 Desa Kenteng Kecamatan Bandungan, proses pembuatan oleh-oleh khas Bandungan ini dimulai dengan penyortiran buah Tomat yang telah matang, kemudian ditusuki dengan garpu. Setelah itu, tomat dicuci dan direndam dengan air kapur.
''Direndam dalam air kapur selama 6 jam, agar hasilnya Torakur bisa kenyal dan tidak menjadi jenang tomat,'' ujar istri Kepala Desa Bandungan ini.
Setelah direndam, isi buah tomat tersebut dikeluarkan seluruhnya. Lalu, dicuci kembali, kemudian direbus dengan gula.
''Buah tomat itu 80 persennya kan air, jadi saat direbus dengan gula, tidak memerlukan air, kemudian setelah matang, ditiriskan lalu dijemur,'' ujar pengusaha yang dibantu 13 karyawannya ini.
Usai dijemur, kemudian dilanjutkan dengan proses penyetakan manual dengan tangan kemudian dijemur lagi dan baru proses finishing yakni pengepakan. Untuk 5 Kg tomat, dan 1 Kg gula, ia mampu menghasilkan 1 Kg Torakur. Sedangkan tiap hari, ia mampu menghasilkan 3 kwintal Torakur.
Kenaikan harga gula yang terus merambat naik, mengakibatkan para pemilik industri makanan mengeluh, pasalnya, dibandingkan ramadhan tahun lalu, harga gula perzaknya/per 50 Kg hanya Rp. 285 ribu, namun ramadhan tahun ini mencapai Rp. 450 ribu.
''Kenaikan terakhir mulai dua minggu yang lalu, namun merambat naik mulai bulan Juli,'' katanya.
Dampaknya, industri yang sudah mulai sejak 2002 dan menguasai pasar di Denpasar Bali, Jakarta, Semarang, dan Magelang ini, pihaknya enggan menaikkan harga produknya. Ia takut pelanggan akan berpaling ke produk khas Bandungan ini. Untuk Torakur ukuran 250 gram, ia menjualnya Rp. 9 ribu, untuk 500 gram ia jual Rp. 17 ribu.
''Saya berharap, pemerintah bisa mengendalikan harga gula,'' tandasnya. (ems)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar